Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

RIAU-MALANG. RIAU, JAUH DI MATA DEKAT DI HATI

Kutitipkan Doa dari Jauh untuk Rumahku yang Sedang Sakit Malang- Ustad KH.Drs (Purn) Moch.Rifa’i memimpin doa bersama untuk keselamatan bangsa Indonesia, khususnya pulau Sumatera dan Kalimantan yang mengalami musibah kabut asap. Di asrama putra mahasiswa Riau Jl.Terusan Venus nomor 60 Tlogomas Kec Lowokwaru Kota Malang, Selasa Malam (9/17/2019) Bukan hanya doa bersama namun ustadz Moch Rifai juga memberikan siraman rohani kepada para mahasiswa rantau Riau yang berada di Malang agar selalu bersabar dan memohon ampun kepada Allah “Mohon ampunan kepada Tuhanmu, sungguh Dia Maha Pengampun Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu (QS.Nuh 10-11) Doa ini juga dilaksanakan untuk memohon agar tak lagi ada kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau sehingga tidak ada lagi gangguan kesehatan, terutama ISPA yang meningkat tiap adanya kabut asap di kemuadian hari. Terjadinya kebakaran hutan dan lahan ini bukan pertama kalinya dialami masyarakat Riau. Bermul...

Istri Rumah Tangga

Dahlia menatap nanar ditumpukan baju yang harus dia setrika. Sambil menghela napas lelah, dia kembali ingat dua bulan lalu, dua hari setelah wisuda ayahnya ternyata sudah menerima seorang pria yang datang melamarnya sejak sebelum dia sidang akhir. Dan kemudian, sekarang statusnya sudah menjadi istri seorang pegawai BUMN. Setelah menikah ayah dan ibunya sepakat bahwa dia tak boleh satu rumah lagi dengan orangtuanya, harus belajar jadi istri Sholeha kata ayah. Karena baru dapat ijazah, dia belum kirim satu CV pun, disinilah dia. Membersihkan rumah tiap harinya. Hari ketiga menjadi istri, dia mulai bisa masak nasi goreng walau kadang keasinan. Kadang kebanyakan minyak, atau kadang nasi yang dia masak terlalu lunak. Kalau dulu semua kebutuhannya terpenuhi, dia hanya tinggal belajar saja, kalau sekarang, rumahnya bahkan hanya tipe 45, tapi susah sekali rasanya untuk bersih. Tepat setelah satu bulan jadi istri, dia merasa jadi wanita multitalenta. Masak sambil liatin cucian, masak nasi ...

Buat Kamu

Untuk kamu Yang selalu ku rindu Namun masih tak berani kusebut dalam doa Selamat untuk keberhasilan Selamat untuk cita-cita yang mulai terajut Selamat untuk hatimu yang mulai berbahagia Kamu Yang jauh Namun selalu ragu Selamat Pekanbaru, 3 Agustus 2019 Mengenang keberhasilanmu di hari sebelumnya

Untuk Harapan Yang Tertinggal

Untuk hati yang terluka Untuk jiwa yang sedih Dan untuk harapan yang tertunda Kadang kala, tak semua ramai itu selamanya Ada kalanya, yang lain datang, dan sebagian lainnya menghilang. Kadang kala, tak selamanya penuh itu ada. Dilain sisi ada yang tertinggal Sisi lainnya kemudian mulai menghilang Sama seperti harapan, tak selamanya akan terkabul Ada kalanya dia berjalan beriringan dengan semesta Ada kalanya dia tertinggal jauh di belakang semesta Puih asa dan jiwa yang kadang memberontak seolah menyalahkan semesta yang berjalan terlalu cepat. Atau menyalahkan harapan yang ternyata terlalu berat. Ruang introspeksi kemudian menilai tentang diri Tentang hati yang bertentangan dengan logika Umara Hasibuan Malang, 25 Juni 2019 Mengenan 15.00

Kamu Mahasiswa "Perantauan" Baru Kota Malang? Ini Tipsnya!

Kuliah di Jawa memang jadi favorit banyak calon mahasiswa, terutama kota kota pilihan yang sering dapat julukan terkait pendidikan. Kota Malang terkenal sebagai kota pendidikan, karena, ada banyak sekolah, terutama institusi perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dengan akreditasi yang baik ataupun sangat baik. Apalagi kota malang termasuk kota yang ramah pendatang, masyarakat yang ramah, dan juga suasana iklim yang ramah. Cocok untuk merangkum masyarakat dari suku bangsa yang berbeda-beda. Nah, buat para calon mahasiswa yang mau kuliah di Malang ini beberapa tips buat kamu sebelum menetap di Malang. 1. Punya kenalan. Ini hal paling mudah sih , mungkin kamu punya kakak tingkat, atau saudara, atau bahkan temannya orangtua-mu, kalau punya kenalan kamu mudah untuk mencari informasi kos-kosan terdekat dari kampus. 2. Mencari organisasi kedaerahanmu di Kota Malang. Kalau misalnya kamu belum punya kenalan, gampang, kamu tinggal search aja di Instagram, contohnya #MahasiswaRiauMala...

Ngabuburit Sore ini

Hari ini, setelah telfon ayah tadi pagi, dikasih tau, kalau Dek Nuku mau kuliah di Jawa aja, Alhamdulillah, semua tempat menuntut ilmu itu baik, niat yang baik insyaaAllah diberkahi Allah. Sore itu, sekitar 35 menit sebelum Adzan Maghrib di Malang, saya menghubungi Nuku buat sekedar sharing , obrolan kami mulai berlanjut ke masalah teman-teman lama saya yang juga dia kenal. "Bang ini udah lahir lho kak, anaknya, kawan kakak waktu SD kan?" "Eh iya deh, Alhamdulillah kalau gitu" "Kakak yang itu juga Desember ini mau nikah kak" "Iya??? MasyaAllaaaah, tabarakallah" "Tulah, kakak aja yang belum" "Menurut Nuku kakak bagusnya kek mana?" "Kalau aku ya terserah kakak, tapi baiknya kakak cepat nikah aja" "Kenapa kayak gitu?" "Supaya tanggung jawab Ayah berkurang, kan kalau misalnya kakak keluar rumah ndak pake jilbab, Ayah juga yang dosa" "Iya sih, tapi kan kakak pake jilbab terus" ...

Tentang Jodoh

Kurang lebih sebulan yang lalu seorang sahabat menyampaikan bahwa saudara laki-lakinya akan menikah di April, jadi minta tolong buat ikut rombongan keluarga saat akad, MasyaAllah, Barakallah. Hampir beberapa Minggu setelah itu, seorang teman seangkatan memberi kabar bahwa kurang dari 7 hari akan ada akad antara dia dan suaminya saat ini, rasanya satu hal yang luar biasa, mengingat betapa teman saya itu tidak punya tanda-tanda ingin segera menikah. Padahal di semester sebelumnya saya sempat menggodanya mengatakan "wah, nikah aja dah" yang dibalas tawa renyah sembari berkata "kamu dulu wes UM, baru aku." Tapi undangan itu memberi pandangan berbeda bagi saya, bahwa, jalan Allah kadang tak sempat dipikirkan oleh akal, terlalu tinggi ilmu tersebut. Beberapa hari sebelum penyampaian undangan dari teman yang kedua, sahabat saya juga menyampaikan bahwa, kemarin ada yang meminta dia untuk sama-sama meraih Ridho Allah. Namun, dia memutuskan untuk menyelesaikan Strata satu ...

Puisi Personifikasi

Aku masih di sini menatap sendunya langit Masih jelas malam itu raungan mobil yang saling bersahutan Masih jelas kerlip bintang yang menyelimuti langit Masih jelas hembusan angin malam membelai mesra Tapi, entah apa yang terjadi Semua seolah gelap dalam sekejap Tak lagi ada rayuan ombak yang tenang Tak lagi ada desiran pohon berbisik Ombak ombak dan kami berlari berpacu bersama Memakan satu demi satu ruang yang tertinggal di belakang Tak lagi ingat untuk apa harus ada di dunia Tak lagi ingat harus mencari siapa Tak lagi ingat apa yang sedang ku lakukan Bisikan ombak semakin kencang Langit seolah mendukung dengan teriakan petir yang tak henti Tuhanku, ku rasa aku ingin berhenti Ingin menoleh ke belakang Ingin mengintip apa yang aku tinggalkan Tapi kini Semua tampak nyata Tak lagi ada deru mobil karena jalanan sudah habis digulung ombak Tak lagi ada sahutan pohon karena sudah diruntuh ombak Bahkan, akupun tak punya lagi tempat untuk sekedar berteduh Tuhan, aku ragu...

Menikah

Tentang  banyaknya undangan pernikahan yang saya terima kurang dari tiga bulan ini, menyadarkan saya bahwa saya sudah setua itu untuk terus memikirkan diri sendiri. Bukan tentang rasa iri karena yang lain sudah berpasangan, toh Rezki, jodoh, dan maut itu adalah hal pasti, yang masih jadi abu abu, hanya perihal surga dan neraka. Satu persatu teman teman mulai menyebar undangan, mulai pasang foto dengan cincin di jari manis sebelah kiri yang menandakan akan segera juga melepas status single. Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya jadi mulai sadar dengan umur. Dua puluh satu menuju dua puluh dua adalah angka yang fantastis ternyata, saya sudah melewati dua dekade lebih dalam hidup. Tapi urusan yang serius seperti menikah masih belum bisa tertanam kokoh di hati, masih dikalahkan bahwa saya harus lulus sekolah, untuk saya, untuk tanggung jawab saya, dan untuk orang tua saya. Dan buat teman teman yang sudah berjalan bersama gandengan untuk meraih Jannah bersama, Barakallah, semoga ...

Apakah Keadilan Masih Untuk Semua?

Gadis kecil dengan ringkih mengayuh kaki menuju cahaya Melawati temaram sinar buatan tangan manusia Malam menjadi kegelapan yang tak ada habisnya Gadis kecil yang tak lagi indah saat mulai menampakkan raga Tak lagi bahagia saat mulai merangkai tawa Gadis kecil dengan sejuta doa Gadis kecil dengan kerapuhan yang nyata Mereka bilang dunia sama adilnya Mereka bilang hati sama lebarnya Dan mereka bilang bahagia punya semua Menipiskan dahaga untuk menyambung nyawa Atau meninggikan dagu untuk menahan rasa Menjadi jawaban atas segala kepunahan putus asa Jauh dari sana tak lagi terlihat nyata Hanya puluhan bom yang sudah menjadi biasa Dekap nyata tak lagi terasa hangatnya Hanya air mata yang menjadi selimut rasa Apakah keadilan masih untuk semua? Umara Hasibuan Malang, 20 Februari 2019

Liku Liku Merantau

Sebenarnya sudah lama rasanya ingin menuangkan ini dalam tulisan. Tahun ke empat menjadi mahasiswa perantauan saya mulai menyadari seberapa besar pengaruh merantau pada diri saya. Jauh dari rumah bukan hal mudah, pertama kali menuju Malang, kepergian saya disertai doa dan air mata ibu dan ayah. Saya sudah akan memulai hidup bersosialisasi yang jauh. Tak lagi sering diganggu sama permintaan ini itu dari si bungsu. Atau, tak lagi mengajarkan hitungan sederhana untuk si bungsu sembari menunggu isya. Ujian paling berat berada jauh adalah ujian ketebalan iman. Kenapa harus iman? Tak bisa dipungkiri saat waktu tidur terkuras di malam hari, ada ibu yang siap sedia membangunkan saat Subuh. Atau ada yang mengingatkan untuk Dzuhur dan Ashar. Atau mengingatkan membuka mushaf setelah Maghrib, dan juga larangan memutar televisi sebelum semuanya melaksanakan Isya. Kalau jauh , tak lagi ada yang membangunkan Subuh selain alarm dan juga Adzan, menjadi mudah untuk mengulur waktu Dzuhur dan Ashar, m...

Ibu Rumah Tangga

Dinda menatap jasad Bu RT yang terbujur kaku di depannya. Tak kuasa dia menahan tangis melihat orang yang sudah seperti ibunya, seperti gurunya, seperti panutannya meninggalkannya di dunia lebih cepat. Bu RT adalah panutan hampir seluruh ibu ibu kampung. Seorang Ibu rumah tangga yang juga membuka usaha jual baju muslimah di ruko depan rumahnya. Sering memberi pelatihan kerajinan tangan kepada ibu ibu, dan memberi edukasi bagi para ibu untuk bertani di rumah. Bu RT sering ikut pelatihan di kota, dan semua pelatihan yang diikuti beliau, beliau ajarkan kembali kepada semua ibu-ibu. Sosok itu sudah nampak jelas garis keriput di hampir tiap inci tubuhnya, kedua anaknya yang sudah menikah baru kembali dari rumah masing masing, duduk bersama istri dan anak mereka di dekat almarhumah. Dinda kembali mengingat kata warga Bu RT baru aktif jualan, sosialisasi dan kesibukan lainnya setelah kedua anak beliau menuntut ilmu di kota, sehingga kekosongan hari beliau diisi untuk yang bermanfaat. Setela...