Hari ini, setelah telfon ayah tadi pagi, dikasih tau, kalau Dek Nuku mau kuliah di Jawa aja, Alhamdulillah, semua tempat menuntut ilmu itu baik, niat yang baik insyaaAllah diberkahi Allah.
Sore itu, sekitar 35 menit sebelum Adzan Maghrib di Malang, saya menghubungi Nuku buat sekedar sharing, obrolan kami mulai berlanjut ke masalah teman-teman lama saya yang juga dia kenal.
"Bang ini udah lahir lho kak, anaknya, kawan kakak waktu SD kan?"
"Eh iya deh, Alhamdulillah kalau gitu"
"Kakak yang itu juga Desember ini mau nikah kak"
"Iya??? MasyaAllaaaah, tabarakallah"
"Tulah, kakak aja yang belum"
"Menurut Nuku kakak bagusnya kek mana?"
"Kalau aku ya terserah kakak, tapi baiknya kakak cepat nikah aja"
"Kenapa kayak gitu?"
"Supaya tanggung jawab Ayah berkurang, kan kalau misalnya kakak keluar rumah ndak pake jilbab, Ayah juga yang dosa"
"Iya sih, tapi kan kakak pake jilbab terus"
"Ya bagus kalau gitu, yang penting auratnya ndak kelihatan"
"......"
Omongan itu terngiang terus, termasuk saat saya menyantap buka puasa bersama teman-teman kos. Adik sudah semakin dewasa semua, baru kali ini pembicaraan kami didominasi oleh nasihat Nuku untuk kakak perempuannya yang jauh disini. Kakak perempuannya yang masih labil, kakak perempuannya yang masih cengeng, kakak perempuannya yang masih jauh dari kata baik.
Mendadak saya juga ingat bahwa, perempuan seistimewa itu Allah ciptakan.
Dosa seorang perempuan ditanggung oleh
1. Ayahnya
2. Anak laki-lakinya
3. Suaminya
4. Saudara laki-lakinya
5. Dirinya sendiri
Saya mulai mengerti, kenapa perempuan itu jauh lebih labil, karena, dengan banyaknya orang yang ikut menanggung amalannya di akhirat, maka selama di dunia ada banyak yang akan menasehatinya, selama di dunia, dia dan pemikiran labilnya akan dibatasi oleh rasa takutnya. Rasa takut akan orang-orang tersayangnya ikut melebur di akhirat nanti.
Tulisan ini benar-benar bukan bermaksud apapun, hanya sharing dan mengutarakan sedikit opini🙏
Umara Hasibuan
Malang, 8 Mei 2019
Kata yang baik. Tertulis dengan baik. Terbaca dengan baik.
BalasHapusWah baru baca nih komennya, terimakasih mas Tamm
Hapus