Dahlia menatap nanar ditumpukan baju yang harus dia setrika. Sambil menghela napas lelah, dia kembali ingat dua bulan lalu, dua hari setelah wisuda ayahnya ternyata sudah menerima seorang pria yang datang melamarnya sejak sebelum dia sidang akhir. Dan kemudian, sekarang statusnya sudah menjadi istri seorang pegawai BUMN.
Setelah menikah ayah dan ibunya sepakat bahwa dia tak boleh satu rumah lagi dengan orangtuanya, harus belajar jadi istri Sholeha kata ayah. Karena baru dapat ijazah, dia belum kirim satu CV pun, disinilah dia. Membersihkan rumah tiap harinya.
Hari ketiga menjadi istri, dia mulai bisa masak nasi goreng walau kadang keasinan. Kadang kebanyakan minyak, atau kadang nasi yang dia masak terlalu lunak.
Kalau dulu semua kebutuhannya terpenuhi, dia hanya tinggal belajar saja, kalau sekarang, rumahnya bahkan hanya tipe 45, tapi susah sekali rasanya untuk bersih.
Tepat setelah satu bulan jadi istri, dia merasa jadi wanita multitalenta. Masak sambil liatin cucian, masak nasi sambil ngepel. Setrika baju sambil masak air.
Sambil memasukkan baju ke dalam mesin cuci kecil hadiah dari mertuanya, dia mulai berpikir;
"Pantas saja lebih banyak wanita yang memilih bekerja dan membayar pekerja rumah tangga. Mencari uang lebih tidak melelahkan dibanding membersihkan banyak hal dalam rumah"
Walau dia tak pernah menyalahkan wanita yang bekerja, toh ibunya dulu juga bekerja. Dan dia tak merasa kurang kasih sayang sedikit pun. Tapi role mode nya untuk membersihkan rumah memang tidak ada. Apalagi dulu selalu sekolah sampai sore.
Yah, dijalani saja, saatnya memasak sebelum mas Suami sampai rumah. Cuciannya ditinggal dicuci oleh mesin.
Umara Hasibuan
Pekanbaru, 20 Agustus 2019
Komentar
Posting Komentar