Wahai wan adi
Entah apa yang harus aku genggam agar jasadmu menjadi nyata
Kebenaran asmaramu selalu terpendam dalam angan
Diksi hatimu kala itu,
Menyayat sedikit demi sedikit pondasi asaku
Curahan pahatan indah nikmat-Nya dalam dirimu, menyiram qalbu
dan anganku
Realita takdir dewa
Kini hanya ilusi pada antariksa qalbu
Menjadi pencarian jawaban dominan gagasanku
Wahai batara hatiku,
Semoga dewa mendermawankan karunia asmaranya bagi kita.
Kota Dingin, 25 November 2016
Umara Hasmarani
Komentar
Posting Komentar