SEMUA BEREWAL DARI RAMBUT
Perkenalkan, nama ku Puteri Nanda Dewi, aku juga bingung kenapa nama “puteri” didepan namaku disertai dengan huruf ‘e’ padahal ya nama kakakku gak ada huruf e nya. Kalau dipanggil dengan sebutan Puteri jadi keingat ama nama parfum yang iklan nya cewek-cewek yang sedang bergaya keluar dari dalam buku trus ngomong “I’m puteri……” dan itu semua bikin malu.
Aku biasa dipanggil Tere semata-mata karena malu dipanggil Puteri padahal gak separah itu juga kan, tapi aku gak suka. TITIK. Eyang putri malah gak suka dengan nama Tere, katanya lebih jelek dari nama kucing peliharaannya yang dia kasih nama Tiara, gila kan lebih bagus dari nama manusia, dan yang lebih menyebalkan lagi si-Tiara itu kucing cowok… ya ampuuun kebayang gak sih kucing laki-laki aja namanya jauh lebih cantik dari pada nama manusia perempuan sepertiku yang sudah hidup 15 tahun. Dan kata kakakku nama Tere itu jauh lebih mirip seperti nama anak tere, ibu tere, dan ikan tere. Dan aku terima.
OK, aku tinggal di dekat-dekat pulau jawa juga, dan sekarang duduk dikelas 3 SMP. Cirri-ciriku bertubuh tinggi, kurus, dan langsing. Ya gak jauh-jauhlah dari kata orang kutilang, aku seorang murid berprestasi (tidak pernah keluar dari 5 besar, dan seumur hidup tidak pernah ikut olimpiade apapun), dan aku adalah seorang anak berambut K-R-I-B-O dan karena rambutku ini aku jadi terkenal disekolah. Apalagi aku kesekolah tak menggunakan jilbab. Berbeda dengan kakakku yang sudah 2 SMA dan menggunakan jilbab.
Dirumah saja mama sudah mengumpulkan berbagai jenis sisir untuk menyisir rambutku, dan bila tidak berhasil mama akan mengadu pada eyang, dan dengan sigap eyang mengirimkanku bebagai minyak rambut yang katanya baik untuk orang berambut sepertiku, tapi baunya itu lho yang gak nahan, bau taik sapi…busuk banget. Sampai suatu hari kakakku yang bernama Raisyah Alamanda, (yang sering protes kenapa namanya ada tambahan kata AL-, dan dia sangat membencinya, mungkin protes atas nama adalah sifat turun-temurun dari keluargaku) yang sedang dirasuki oleh malaikat yang memberinya sedikit penerangan,datang membawakanku sisir kayu, dan itu memang sisir ajaib. Rambutku dapat tersisir. Yap!! Yuhu.!!!.
Aku juga mempunyai teman dekat bernama Riana, Riana itu, cantik, tinggi, dan pintar.Dia itu duduk satu meja denganku dan dia satu-satunya orang yang aku kenal dekat. Biarpun kami tidak terlalu dekat, seperti kemana-mana berdua, setidaknya kami tidak pernah berantam. Dan aku lebih nyaman dengan itu.
Disekolahku ada dua orang gadis (dua primadona) yang kata kebanyakan cowok sih cantik-cantik, tapi otaknya wueekk!! Gak usah dibilang deh… nama nya Talita dan Yuna, mereka terkenal bukan karena sekedar cantik saja tapi karena ayah Yuna adalah pemilik yayasan, sedangkan ayah Talita adalah kepala sekolah, dan serasa klop bangaet deh mereka.
Mereka selalu meledekku dengan berbagai sebutan mulai dari kribo malang, hingga kribo si kutu buku, itu berawal saat aku sedang rajin-rajinnya belajar untuk ujian semester,malah ejekannya “udah kribo berkutu lagi, trus kutunya jatuh dibuku huaa..” ME-MU-AK-KAN. Tapi biarpun begitu aku ikhlas, karena kesabaranku masih ada. Belum tahu saja mereka aku marah bagaimana. Bisa aku cekek mereka dan akan kupastikan mereka mati ditempat.
Aku biasanya hanya melampiaskan kemarahanku didalam kamarku tercinta, dan yang pasti ada saja yang aku perbuat, misalnya menggambar berbagai kartun yang menurutku menaraik. Aku sedikit bangga dengan kemampuan melukisku ini. Karena kakakku gambarnya sangat sangat, ………. bla, bla, bla.
Dan setiap hari libur, aku kurang suka, karena hari libur aku hanya sendirian dirumah, disebabkan oleh mamaku yang kadang-kadang mengajar di sebuah universitas, papa masih sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan kakakku sibuk dengan semua teman-temannya. Mungkin berbeda dengan hari libur kali ini mama dan kakakku ada dirumah mungkin kangen dengan anak, dan adiknya yang kribo ini. Tapi tetap saja aku hanya dikamar, karena bosan dengan menggambar dan menonton aku mencoba untuk bernyanyi,siapa tahu selain punya jiwa seni yang tinggi dalam melukis, aku juga memiliki suara emas yang mengagumkan.
Lalu aku mulai menarik napas,,, dan……. “mengapaaaaaaaa akuuuu beginiyyyyyyy lalalla alalla lalallalalllal lala……” tiba-tiba gedubrak! Pintuku didobrak oleh dua orang yang ku kenal yap, mama dan kakakku. Mereka masuk dengan tampang khawatir,
“Ada apa Ter??, kenapa kamu teriak-teriak, apa ada kecoak, tikus, kalajengking, atau…?” kata mama mencerocos, aku langsung memotongnya,
“Ma… siapa yang teriakkkk… tadi itu aku menyanyi…..bukan berteriak,,,, Mama ah… anak sendiri jugak….” Kataku memasang wajah cemberut, setidaknya jika suaraku jelek, gak usah disangka teriak juga kalii…. Sedangkan aku saja merasa suaraku jauh lebih emas dibandingkan diva top Krisdayanti maupun idola eyangku Princess Syahrini.
Tiba-tiba huahuahahuhuahahu… tawa kakak dan mamaku memenuhi ruang kamarku. “aduh aduh…. Aku kira kamu kenapa Ter…. Eh taunya malah nyanyi,,,, hahahaha…” kata kakakku sembari memegangi perutnya, berbeda dengan mamaku yang sibuk menahan tawa dengan menutup mulut menggunakan telapak tangannya,muka mereka terlihat merah!!! , lalu setelah beberapa lama mama berkata,”Ter,,, lain kali kalau nyanyi jangan keras-keras ya… kuping mama sakit,” hahahahhaha kelurlah tawa nenek sihir kakakku… lalu mereka berdua keluar dan menutup pintu, “mengapa….” “DIAM TEEEERRR…” kata kakakku setelah aku berusaha kembali bernyanyi. Dan sekarang wajahku jauh ditekuk lagi.
Saat aku menatap keluar melalui jendela kamarku, aku dapat anugerah, tersirat dalam ingatanku ‘mungkin saja mereka hanya iri dengan suara emasku ini, dan juga mungkin mereka tak menyangka aku punya bakat terpendam lain, sehingga mereka malu mengakuinya’. Haha ternyata ide gila itu dapat membuatku tersenyum bangga, chieesss,,,,, lain kali aku harus ikut lomba menyanyi tingkat internasional dan mengalahi Agnes Monica maupun Anggun, jangankan mereka mungkin Lady Gaga lewat kali ya.
Pagi ini aku berangkat seperti biasa diantar oleh papa, didalam mobil aku hanya tersenyum membayangkan aku ada diatas panggung untuk bernyanyi. Dan sambil bersiul ria aku memerhatikan kakakku yang sibuk dengan handphone nya. Zaman sekarang technology memang mendunia.
Dan hari itu aku juga terkejut dengan kehadiran dua orang primadona yang duduk dibelakangku, “kenapa mereka pindah temapat?” tanyaku dalam hati. Saat pelajaran dimulai, aku baru tahu maksud mereka duduk dibelakangku,” woi.. kepalanya tuh… nunduk kek! Gak Nampak tau..” kata salah seorang dari primadona tersebut, mengejek.
Dan saat makan siang mereka menghampiriku dan Riana yang sedang menikmati makan siang kami.
“ Mau aku kasih solusi gak Ter? Buat rambut mu itu lho….” kata Yuna,
“Gak perlu….” balasku dengan santai sambil melahap bakso yang masih penuh di mangkuk karena baru ku pesan.
“Mumpung baik nih..”
“Ya udah apa cepat bilang, dan jangan cerewet! ” kata ku yang sudah mulai bosan dengan keberadaan mereka ber-dua, sedangkan Riana hanya mangut-mangut melihatku dan dua primadona ini.
“Gimana kalo loe, rebonding aja.?” Kata mereka serempak, aku sampai berhenti makan karena terkejut. Dalam benakku ‘beginikah orang yang selalu berteman dengan sangat baik, sampai bisa baca pikiran temannya, pantas saja aku dan Riana tidak pernah berucap dengan kompak sekali’.
“Jangan!!!!!!!.. dosa Re…. dosa..” kata Riana sambil mangguncang lengan tanganku.
“Apaan sih kata siapa coba?” kata Talita dengan angkuhnya. Riana langsung menatap mangkuknya yang jauh lebih penuh dari isi mangkukku. Pasti dia sedang jengkel.
“Woy buuukkk… udah selesai belum ngomongnya? Kalau udah mending pergi deh.. aku masih lapar dan masih berminat menghabiskan makan siang ku, jadi kalau sudah baranjaklah.!” Kataku sambil melototi mereka.
“Ih… makasih gitu ngomong nya,!!!...!!!“ kata Yuna, lalu mereka meninggalkan kami.
“Duh Ter,,,, jangan ya,,,, dosa”
“Iya-iya Riii..”
Sesampai dirumah ternyata kakakku membawa teman-temannya,dalam hitungan sesaat yang aku lakukan berjumlah tujuh orang,
“Lho Ter,,,?” kata kakakku,
“Iya kak kenapa?”
“Ter..” kata seorang teman kakakku, sambil mengangkat tangannya, dalam benakku. ‘’siapa ya?,teman baru kakak kali ya... tapi kenapa tahu namaku, ah mungkin sebelum jadi penyanyi terkenal aku sudah lebih dulu terkenal dikalanganku.’’
“Hah” kataku kurang sopan. Dalam hati aku menyayangkan semuanya ‘’duh nanti ada anti-Tere lagi.’’
“Rambutnya dibonding aja dek” katanya
“Iya-iya “ sahut yang lain.
Aku hanya tersenyum dan meninggalkan mereka, masih terdengar sayup-sayup mereka membicarakan topik tadi.
Hah,,,, bonding kira-kira nanti rambut aku bisa berubah gak ya..? tanyaku pada diri sendiri, “ah.. udah lah belajar dulu. Eh tapikan kalau rambut aku lurus aku gak diejek si ‘kribo kutu buku’ lagi. Dan penampilanku akan jauh lebih perfect lagi saat aku sudah jadi artis nanti” kataku sambil memegangi kupingku, karena dengan memegang kuping aku bisa lebih jernih berfikir dan akan mempercepat aku terkantuk,.
Setelah dua hari dari hari pemberian pendapat oleh dua primadona dan teman-teman kakakku, aku mulai srek dengan ide itu, dan aku sudah memikirkan matang-matang untuk meminta pendapat dari keluargaku, kalau ada yang tidak setuju aku akan memberantasnya. Hahaha,..
“Ma…. Pa….. aku mau minta pendapat nih… dengerin ya..!” kataku menghampiri mereka yang sedang menonton acara televisi,
“Apa sayang…????” kata mama sambil mengelus-elus rambutku.
“Aku mau diribonding aja deh Ma… me,,,” belum selesai aku berbicara, tiba-tiba,,,,
“WHAAATTTT..????” teriak kakakku yang tidak tahu aturan, sampai-sampai aku dan mama terkejut, sedangkan papa sepertinya terlalau asyik dengan acara televisi yang ditontonnya.
“Apaan sih kak?? Terkejut tau,,,”
“Kamu mau diribonding Ter??”
“Iya,,, emangnya kenapa?”
“Aku gak nyangka deh Ter,,, ternyata kamu setuju dengan usul konyol teman-temanku itu?”
“Tapikan aku udah mikir yang panjang, dan sepertinya ini jalan terbaik.” Kataku mengangguk mantap.
“Apalagi aku sekolah gak pakai jilbab,” lanjutku.
“Yaudah Ter,,, dipakai dong jilbabnya!” kata papa, gak nyangka ternyata papa mendengarkan pembicaraan kami.
“Tapi Tere belum siap Pa… nanti kesannya jadi terpaksa malah gak dapet pahala lagi Pa…” rengekku.
“Tapi kamu yakin gak dosa Ter?” lanjut papa, mendengar itu aku malah terdiam, bingung mau jawab apa. Papa jurusnya mematikan. Khek!!!!.
“Ayolah Pa… jangan pelit…”
“Papa sih gak apa-apa asalkan kamu yakin aja itu bukan dosa.”
“Ok, kan kalo dosa aku yang tanggung Pa!” akhirnya papa setuju, aku serasa campur aduk.
Wah apa ya jadinya rambutku nanti, apakah akan seindah yang diharapkan. Semoga saja. Sekarang tinggal tunggu tanggal 23 nanti, itu bertepatan dengan hari minggu, jadi apabila sudah selesai aku akan memamerkannya disekolah, dan aku akan semakin terkenal.
Hari yang aku nanti-nantikanpun datang, inilah saatnya,,, aku bahagia sekali, sekarang aku berada dalam mobil bersama kakak dan mama, dan kali ini kakak yang menyetir. Dan kami sampai di salon yang sudah aku pilih, soalnya setelah mendengar pendapat Riana aku akhirnya memutuskan salon yang dimiliki oleh keluarga Riana, Riana bilang hari ini dia juga ada disana untuk perawatan rambut tiap minggu yang rutin dijalaninya.
Tepat, saat aku masuk ternyata Riana memang sedang menungguku, dia sedang membaca majalah yang disediakan pihak salon untuk customer yang akan dimanjakan disalon ini. “Ter,,, udah sampai, dan yakin kamu mau diribonding?” Tanya Riana setelah bersalaman dengan mama dan kakakku, sekarang kami sudah berada ditempat yang sudah disediakan khusus untuk perawatan rambut. “udah sampe dong Ri, ni aku sekarang ada disini. Iya, aku udah yakin kok,,, tenang aja! Percaayaaa..” kataku sambil mengangkat jempol dan mengerjapakan satu mataku. Sedangkan Riana hanya mangut-mangut tak setuju. Lucu sekali aku melihat mukanya.
Akhirnya selesai juga ribondingnya, tadi tak lupa mbak-mbak salon tersebut memberi pesan kepadaku agar aku tidak membasahkan rambutku selama tiga hari berturut-turut. ,Memang sih aku agak kurang nyaman dengan penampilan baruku ini, ada yang laiiin gitu, dan rambutku itu bak sapu ijuk, kasar!!. Tapi bukan masalah, ini semua demi imej-ku, agar aku semakin terkenal. Tiba-tiba Riana datang menghampiriku,
“Ter, kamu tau gk, kalau aku mulai senin besok aku sudah mulai menggunakan jilbab” kata nya, yang membuatku sedikit terkejut, kenapa dia bisa mengambil keputusan tersebut,padahal disekolahku anak yang menggunakan jilbab akan dikatai dengan kata norak, dan aku tau Riana tak mungkin mau dibilang seperti itu,
“Kenapa Ri? Kok gitu?” tanyaku sambil memegangi rambutku yang sudah dibentuk dengan gaya baru,
“Ya aku pingin saja berubah jadi yang lebih baik, kali aja itu bisa bikin perubahan untuk diriku, agar aku lebih giat beribadah” katanya mantap,
“Kenapa kamu begitu mantap?”tanyaku,
“Kamu tahu kan semenjak kakakku meninggal 3 tahun yang lalu, aku mulai berfikir, sebaiknya aku cepat- cepat tobat sebelum aku dipanggil oleh-Nya(yang diatas).”
“Kamu hebat, bisa semantap itu Ri.”
“Terimakasih, ya sudah, cepat kamu bersiap-siap sebentar lagi kakak dan mamamu akan selesai crimbath,”
“Iya, duluan ya Ri…”
“Iya Re, hati-hati dijalan ya..”
“He-eh.”
Aku masih memikirkan percakapan kami tadi, apa yang membedakanku dengan Riana sampai-sampai Riana jauh lebih berfikir dewasa untuk dirinya sendiri, sedangkan aku, aku justru adalah orang yang egois, aku meminta pada mama dan papa untuk diribonding padahal aku tidak tahu kondisi keuangan mereka, tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, aku jalani saja semuanya dulu baru setelah tidak cocok aku baru mencari alternative lain.
Sesampainya dirumah, tak tanggung-tanggung aku langsung memperlihatkannya pada teman-teman sebayaku,mereka kelihatan sekali terkejut, sedangkan aku hanya tersenyum manis, dan tanpa rasa bersalah seorang temanku menarik rambutku, aku menoleh dan melototinya mungkin melotot adalah hal yang terbaik saat aku senang begini,
“Rambut asli ni Ter,?” katanya, dan yang lainpun mengikuti tingkah kurang kota itu (kampungan)
“Iya,,, asli, tapi lepesin dong,,, ini sama aja dengan penyiksaan, kalian bisa aku kadukan ke-KOMNAS perlindungan anak, dan siap-siap rumah kalian satu-satu akan didatangi Kak Seto.” Kataku dengan mantap, tapi lihat saja, jangankan melepaskan bahkan mereka tak memedulikan keseriusan kata-kataku tadi.
“Hua,,,,,,,, Tere,,,,,, kamu rambut baru?” aku kira itu adalah suara salah satu temenku, eh taunya adalah suara tanteku yang memang tiggal dekat-dakat situ, mendengar suara tersebut dengan reflex semua orang yang awalnya berminat dengan rambutku tersebut melepaskan seketika, suara tersebut memang benar-benar nyaring.
“Iya tante” kataku, lalu tanteku tersebut berlari-lari kecil sembari mendekatiku, dan kini tingkah laku kurang kota tersebut kembali dilakukan, tapi bukan dengan teman-temanku, melainkan oleh tanteku sendiri, bahkan ini jauh lebih sakit, dengan sengaja aku maju kedepan, dan membuat aku terbebas dari adegan jambak rambutku itu,
“Maaf-maaf tadi itu tidak sengaja,”
“Ya, gak papa tante,” kataku tak jujur.
Setelah itu tanteku meninggalkan kami, akupun sibuk dengan menjawab semua pertanyaan teman-temanku, saat sedang menjawab tiba-tiba…… blup!!!!..... sesuatu cairan jatuh diatas kepalaku, “apaan nih?” kataku sambil memegangi rambutku “ha………………k……….taik burung……” kataku berteriak dan dengan sigap aku berlari kerumah “MAMA,MAMA,MAMA,MAMA,MAMA,MAMA ADA TAIK BURUNG JATUH DIKEPALAKU…” kataku berteriak sampai aku masuk kedalam kamar mandi.
Setelah itu,,, setelah selesai mencuci rambut, aku mengambil handuk kering, lalu duduk bersila disofa sambil memelintir handuk itu dikepalaku.“akhhhhhhhhhhhhhhaaaaaaaaakkkkkkkhhhhhhhhhh, apa aku gila??” kataku sambil melepaskan handuk yang belum tergulung rapi dirambutku. “bukankah rambutku tidak boleh basah selama tiga hari, tiga malam!” akupun menunduk, oh Tuhannnn malangnya nasibku, belum sampai rambutku ini 24 jam lurus, sudah kembali seperti semula,,, huaaa….
Saat berkumpul diruang tv, aku menceritakan kejadian itu pada mama,papa,dan kakakku, mereka tertawa terbahak-bahak,
“Ya udah,, besok pakai jilbab aja ya Ter.” Kata mama lembut.
“Iya Ma..” kataku menjawab lemas… gak tega,,, bener-bener gak ikhlas mau pakai jilbab, tapi gimana lagi.
Pagi hari setelah sampai disekolah, aku bertemu Riana, dia terkejut melihatku yang sudah menggunakan jilbab, lalu aku menceritakan kejadiannya sambil manyun, sedangkan Riana hanya tersenyum menahan tawa. Sekarang pasti aku akan semakin terkenal, Riana juga, soalnya kami akan dikenal karena telah ber-efolusi menjadi gadis anggun berjilbab. Tapi penampilan kami tentu berbeda, soalnya jilbab yang dipakai Riana itu jilbab zaman sekarang, sedangkan aku, zaman tempo do-lo-e.
Saat berjalan menuju kelas, aku bingung kenapa semuanya berkumpul dimeja dua primadona, bukan hanya dari kelas kami, tapi beberapa kelas lainnya. Mereka berkumpul sambil terbahak-bahak, bahkan ada yang sampai menangis, aku dan Rianapun semakin penasaran. Tanpa basa-basi aku dan Riana menerobos perkumplan orang itu dan “huahahauahauah” aku dan Riana tertawa lepas, ternyata dua primadona itu juga ber-efolusi, menjadi artis, diatas artis, rambut mereka itu lho,,, berwarna hijau dan pink, kata orang-orang mereka salah pakai vitamin rambut saat disalon,hiyaakk… bahkan ya,,, rambut palsu yang berwarna saja mungkin jauh lebih bagus, huahaha.
Tapi aku tidak boleh mengejek dulu, karena aku harus bersiap-siap dengan pertanyaan dari teman-temanku seputar gaya baruku ini. Yap! Jilbab.
Dari semuakejadian ini, aku mulai berpikir, mungkin ini jalan yang diberikan oleh Allah agar aku menjadi orang yang lebih baik, dan mulai sekarang aku harus intropeksi diri, dan semakin mendekatkan diri pada yang diatas. Dan semuanya harus aku lakukan dengan segera.
TAMAT
Komentar
Posting Komentar