Eyang Wiwiek feat. Mother Wearers
7 Oktober lalu,
saya dan salah seorang rekan sedang berburu buku-buku diskon 87%, wah the meaning of heaven itu ya bazaar buku yang murahnya pakai banget. Bukunya
buku baru, terus kertasnya juga bukan koran, jadi otomatis itu bukan buku
bajakan. Harga paling murah yang saya beli itu 15k, dan yang paling mahal 20k,
emang sengaja cari yang murah tapi kualitas numero
uno. Ada empat buku yang masuk kantong belanja saya, “Penjelasan Alamiah
Ibadah Harian”, “The power of scince” “Alquran dan Yahudi”, serta “Penjelasan
umum dalam beribadah.” Memang tidak berniat membeli novel sih, selain karna harga-harga novel lebih mahal, saya juga punya
banyak novel di reading list yang
masih menanti dibuka bungkusnya, jadi memang pure nambah wawasan sih
ya, supaya hari menjelang detik-detik ujian terasa produktif.
Tapi, sesuai
judulnya, bukan masalah diskon buku inti tulisan ini, tapi mengenai Eyang
Wiwiek. Jadi bazaar buku diadakan di
Taman Krida Soekarno Hatta Malang, dan saya pergi itu sekitar jam 10 an. Sampai
disana muter, bayar, trus perut juga ikutan capek, dan minta
diisi. Akhirnya sembari nungguin temen
yang belum selesai hunting buku, saya
beli sosis bakar deh, jujur ada rasa
menyesal membelinya, karna satu porsi
sosis bakarnya seharga satu buku, tapi ya sudahlah.
Acara bazaar buku ini juga ada lomba mewarnai
anak, jadilah banyak orang tua yang nungguin anaknya lomba mewarnai, selain itu
ada talkshownya juga, nah ini pembicaranya itu Eyang Wiwiek
dan juga ibu-ibu dari komunitas Malang Wearers
atau Malang-Menggendong. Awalnya saya cuma mau numpang neduh gitu di emperan di
dekat panggung, sekalian makan sosis dan menghindari sinar matahari yang siang
itu 31 derajat beneran suhunya. Duh, serasa di Riau.
Jadi Eyang
Wiwiek ini punya sanggar untuk anak-anak, ada banyak sih usaha beliau. Tapi selama
75 tahun hidupnnya, sebahagian besar dia habiskan untuk belajar tentang pola
pengasuhan anak menurut Islam. Sedangkan Malang-Menggendong itu, komunitas
orang tua yang fokus pada menggendong anak. Awalnya itu, saya nggak ada niatan
untuk ngedengerin sampai selesai, tapi dua pembicara di depan bikin
saya nggak bisa beranjak walaupun panasnya matahari makin lama makin terik
saja. Itu memang pembicaraan untukorang tua, tapi sebagai calon orang tua
boleh-banget di dengerin, kebetulan materinya menarik banget. Materinya tentangpengasuhan
anak bagi orangtua.
Ada banyak
pelajaran yang bisa saya ambil, tapi ini hanya seingat dan semampu saya dalam
menulisnya;
1.
Anak itu bukan teman kita, anak itu ya anak
kita, tapi jalinlah hubungan seperti teman, dimana saling mengerti satu dan
lainnya.
2.
Ada seorang sahabat yang memang dari awal
melakukan sesuatu itu seperti terpaksa. Dia lulusan arsitektur cumlaude, S1,
S2, tapi setelah lulus dia berikan ijazahnya kepada orang tuanya. “Ini yang
kalian tuntut dari saya, sekarang saya akan buka warung kopi di Bali” it means.. selama ini dia hanya
mengikuti mau orang tua, dia tertekan tak bisa melakukan apa yang
diinginkannya. Karena orang tua belum pernah membiarkan anaknya mengeksplorasi
diri.
3.
Kadang kala ada orang tua yang, pokoknya kamu
harus masuk sekolah favorit, padahal semua sekolah sama saja. Kalau di sekolah
favorit anak menjadi ranking terakhir maka tidak akan diperhatiakn oleh
sekolahnya, karna sejatinya sekolah favorit itu lebih condong pada sepuluh
teratas dibanding sepuluh terbawah. Beda dengan sekolah biasa yang justru
memperhatikan murid yang di bawah, misalnya mereka manaikkan akreditasi,
otomatis anak-anak akan dibimbing untuk maju.
4.
Adakalanya orang tua selalu ingin anakannya perfect! Misalnya pasang sepatu, anak
memasang sepatunya sendiri, tapi saat salah pada simpul, kita langsung
membenarkan. Satu hal yang terhiraukan, ini artinya kita menuntut kesempurnaan,
padahal dia baru belajar.
5.
Memarahkan anak. Sebagai orang tua tetep boleh
memarahi putra-putrinya bila melakukan kesalahan. Tapi, marahi kesalahannya,
bukan anaknya. Kalau dia melakukan kesalahan lain, jangan pernah ungkit masalah
sebelumnya, Karenna itu secara tidak langsung kita menganggap bahwa anak selalu
salah.
6.
Usia belajar itu pada usia 7 tahun. Jangan sampai
kurang dari itu. Anak itu punya perkembangan dalam otak, dan selama belum 7
tahun, anak harus diajarkan dengan visual, warna, tanah, sehingga mereka
bermain.
7.
Pada usia bermain anak itu harus dibebaskan, biarkan
dia merasakan tanah, lumpur, pasir, hujan, sehingga bakatnya bisa dieksplore.
8.
Selama 6 tahun itu cobalah mengalah dengan anak,
biarkan dia mencari dirinya tapi tetap dalam pantauan.
9.
Saat ini banyak remaja yang suka main ke pantai,
karena apa? Dahulu mereka tak pernah dibolehkan bermain.
10.
Mencari kambing hitam. Biasnya bila anak kecil
baru belajar jalan terus jatuh, kebanyakan orang tua akan memukul lantainya,
namun secara tidak sadar itu mengajarkan anak untuk mencari kambing hitam dalam
permasalahan yang mereka hadapi. Tidak heran bila dia berantam di sekolah, dia
akan menyalahkan lawannya. Seharusnya bila anak terjatuh katakana “Itu karna
kamu kurang hati-hati” “ayo lebih fokus lagi” sehingga anak-anak akan belajar
dari kesalahannya.
11. Masalah
menggendong anak. Pada usia 0-3 bulan, usahakan anak itu tidak pernah digendong
ayahnya, karena apa? Karena Allah menitipkan anak di rahim perempuan. Perempuan
itu tubuhnya banyak lemak, sehingga anak akan merasa hangat. Pada bayi yang
baru lahir, tengkorak belakangnya masih lunak, dan laki-laki itu lemaknya
sedikit, kebanyakan itu adalah otot. Dan bila kapala bayi kena dada atau lengan
ayahnya, itu akan berpengaruh pada otak belakang bayi. Memori penyimpanannya
bisa terganggu. Jadi bukan karna tak ingin menumbuhkan ikatan batin, tapi bila
bayi di dekatkan di dada ibu, dia akan nyaman dan akan aman. Karena dahulu
rahim ibunya yang dia singgahi selama 9 bulan. Dan juga ini akan meningkatkan
ikatan bayi dan ibu, secara tidak langsung, mendekap bayi pada dada ibu akan
mengurangi baby-blues pada ibu
melahirkan. *baby-blues itu seperti ibu
merasa belum jadi ibu yang baik, ibu merasa anaknya kok rewel, atau ibu merasa
waktunya terganggu dengan tangis bayi.
12.
Kadangkala bila anak yang jaraknya dekat, kita
lebih sering menggendong yang bungsu, dan biasanya kakanya akan protes. Ini alami
bagi anak, justru yang harus kita lakukan adalah letakkan adiknya (bila tidak
sedang rewel) dan gendong kakaknya. Bila sebaliknya, ini akan mengurangi ikatan
kita pada sang kakak. Akan timbul rasa iri, dan merasa tak disayang pada diri
si kakak.
13.
Meggendong bayi itu paling tepat dengan
selendang yang saat ini sudah ditinggalkan.
14.
Cara menggendong dengan selendang itu jangan
diuwel-uwel, tapi diikat dengan simpul jangkar (Seperti foto tertera, atau
dapat di search di youtube simpul jangkar untuk gendong bayi)
15.
Salah satu manfaatnya adalah dapan memijat
punggung ibu, dan memijat kelenjar susu, sehingga asi akan lebih lancar.
16.
Saat menggendong bayi, arahkan ke arah
penggendong, posisikan kaki bayi seperti huruf M, dan posisi lutut harus lebih
tinggi dari pantat. Ini posisi alami bayi saat di kandungan, jadi saat
menggendong bayi merasa lebih nyaman.
17.
Jangan sampai dagu dan dada bayi saat digendong
berdekatan, atau saling tekuk. Hal ini dapat menimbulkan susah bernafas pada
bayi.
18.
Adakalanya anak itu sudah tak mau digendong
lagi. Sebagai ibu pasti hatinya nyess sekali, tapi cobalah untuk mencuri-curi
pelukan pada anaknya. Anak laki-laki biasanya umur 14 tahun dipeluk saja sudah
tidak mau. Maka sebagai ibu haruslah mencuri-curi waktu. Misalnya saat sang
anak lagi mencari baju, kita rangkul dan bialng “ayo kita cari sama-sama.”
Sedangkan anak perempuan, sampai punya anak pun dia pasti akan terus bermanja
dengan kita.
Well, itu sih yang saya ingat dari
pembahasan lebih dua jam itu. Kalau ada yang mau bertanya mungkin bisa Tanya google, karena saya juga tidak akan bisa
memberi penjelasan apapun. Namun satu hal yang saya sadari. Menjadi orang tua
itu ternyata serepot itu. Saya belum terbayang bila saya menjadi ibu,
rasa-rasanya anak itu kayak kertas putih, warna hidupnya sebagian besar
dipengaruhi oleh tata pola ajar orang tuanya, dan sebagai orang tua, yang saya
pahami itu, pasti akan belajar terus menerus, duh saya jadi terharu.
Umara Hasmarani
Rizqiyah
Malang 8
Oktober 2018
Komentar
Posting Komentar