Langsung ke konten utama

Poligami

Tiga Sahabat yang Bersepakat untuk Satu Suami
Tigas Mahasiswa ini sepakat untuk menikah dengan satu suami. Bila ada yang terlebih dahulu dilamar, maka akan mengenalkan teman-temannya. ...

"Suami saya buta, dan saya mencari madu untuk bersama sama meraih surga"

Ah, Adinda hanya mematung di depan artikel yang baru saja diantar reporternya. Konten ini akan jadi highlight di Majalah edisi bulan ini.
Hatinya agak mencelos membaca berita yang harus dia edit ini. Sebagai jomblo fi shabilillah, ah jomblo karena keenakan kerja sepertinya, Adinda bahkan belum terpikir mencari jodoh di seperempat abad usianya saat ini. Sedangkan fakta yang terkapar dihadapannya memberinya sedikit rasa malu. Untuk menyempurnakan agamanya saja dia masih belum mau, bagaimana dengan para wanita-wanita tangguh ini? Di sisi yang satu, mereka ingin menjadi teman se surga, sehingga ikhlas berbagi belahan jiwa.
Di sisi yang lain, seorang wanita yang sudah sempurna agamanya juga ingin membantu saudaranya untuk menyempurnakan agama. Hah, dia merasa langit runtuh mematahkan ideologinya.
Adinda terpaku, apakah dunia sekarang se luas ini? Selama ini istilah dunia cuma seluas daun kelor, dengan pola banding kita berteman dengan relasi teman kita yang lain menjadi hal mainstream ternyata.
Ada yang sudah sampai pada tahap itu imannya. Tahap rela ikhlas dan mencari jalan menuju surga.
Bukan hal pologami yang mendasari pemikirannya sekarang, Adinda bukan berdiri pada kelompok anti-pologami, kelompok pro-poligami juga bukan pilihannya. Selama ini, dia berpijak bahwa, "Kalau situ kuat ya silahkan saja." Beberpa pemikiran dari rekan-rekan up to date-nya sepakat bahwa poligami itu bagian dari KDRT. Bahkan itu kekerasan yang lebih abadi, karena akan dia rasakan seumur hidup. Well, Adinda cukup setuju sebenarnya, tapi di lain sisi tak sedikit rekan berbagi cerita sambil hunting cowok ganteng Adinda yang mengeluh bahwa suami nya main dengan yang lain.
Hah, lelah rasanya berpikir seperti ini, kepalanya mau pecah, duh mungkin hunting calon suami potensial akan dia tunda lagi, guna mencari arti pernikahan bagi hidup.

Umara Hasmarani Rizqiyah
1 Oktober 2018
22.55

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 2020

Di akhir tahun 2019 lalu, saya sakit, sempat dua kali masuk Rumah sakit dan bukan dalam hitungan waktu yang sebentar. Sempat masuk di RS Malang, lalu ternyata masih berlanjut saat tiba di Pekanbaru. Kalau boleh dibilang, 2020 itu tahun yang paling berat. termasuk untuk saya sendiri. Setelah heboh dengan Covid di Indonesia, saya sebenarnya merasakan manfaat dari itu. Saat sakit di Masa Pandemi, saya nggak perlu kasih alasan ini itu ke teman-teman yang ngajakin keluar, saya bisa simpan rasa sakit saya sendiri di rumah. Penyembuhan juga semakin lebih efektif karena ditemani ibu. Ibu yang selalu jagain dan Ayah yang selalu nemenin. Di akhir tahun 2020, I got My first job as an intership Architect di FCS Architect Studio, Sempat down sekali waktu itu, karena merasa tertinggal jauh dari teman-teman. Melihat teman-teman yang udah pada kerja, atau udah lanjut kuliah lagi, dan saya masih gini-gini aja. Yang paling teringat di benak saya itu, Saya anak pertama, ada dua adik saya di bawah, bagai...

Ngabuburit Sore ini

Hari ini, setelah telfon ayah tadi pagi, dikasih tau, kalau Dek Nuku mau kuliah di Jawa aja, Alhamdulillah, semua tempat menuntut ilmu itu baik, niat yang baik insyaaAllah diberkahi Allah. Sore itu, sekitar 35 menit sebelum Adzan Maghrib di Malang, saya menghubungi Nuku buat sekedar sharing , obrolan kami mulai berlanjut ke masalah teman-teman lama saya yang juga dia kenal. "Bang ini udah lahir lho kak, anaknya, kawan kakak waktu SD kan?" "Eh iya deh, Alhamdulillah kalau gitu" "Kakak yang itu juga Desember ini mau nikah kak" "Iya??? MasyaAllaaaah, tabarakallah" "Tulah, kakak aja yang belum" "Menurut Nuku kakak bagusnya kek mana?" "Kalau aku ya terserah kakak, tapi baiknya kakak cepat nikah aja" "Kenapa kayak gitu?" "Supaya tanggung jawab Ayah berkurang, kan kalau misalnya kakak keluar rumah ndak pake jilbab, Ayah juga yang dosa" "Iya sih, tapi kan kakak pake jilbab terus" ...

Anak Arsitektur ambil Arsitektur Lanskap opposite atau liniear sih?

Hello... It's me agaiiinnn Umara Udah lama banget ga pernah apdet tulisan di blog, kali ini pengen sharing karna ada beberapa orang yang lagi aktif nanya nih di DM instagram maupun WA. Saya mahasiswi S1 Arsitektur UIN Malang yang lulus tahun 2019, dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Arsitektur Lanskap IPB, banyak yang nanya, "Susah ngga sih masuk IPB?" "Arsitektur ambil Lanskap worth it ga sih ?" "Susah nggak kuliah di Lanskap?" Well, I will answer one by one . Pertama, masuk di IPB engga sesusah itu, engga ada tes tertulis ataupun tes wawancara,  tapi yang baru saya sadari di semester tiga ini, keluar dari IPB sulit cuuuy , wkwkwk sulitnya karna ada banyak banget yang harus diselesaikan buat ujian tesis. Kayak harus menghadiri seminar dari rumpun  ilmu lain, dan harus submit jurnal minimal SINTA2. Kedua, Arsitektur ambil Lanskap ilmu yang sejalan ga sih ? Well , ini agak bertolak belakang sebenernya , karna biarpun sama-sama Ars...