Di akhir tahun 2019 lalu, saya sakit, sempat dua kali masuk Rumah sakit dan bukan dalam hitungan waktu yang sebentar. Sempat masuk di RS Malang, lalu ternyata masih berlanjut saat tiba di Pekanbaru.
Kalau boleh dibilang, 2020 itu tahun yang paling berat. termasuk untuk saya sendiri.
Setelah heboh dengan Covid di Indonesia, saya sebenarnya merasakan manfaat dari itu.
Saat sakit di Masa Pandemi, saya nggak perlu kasih alasan ini itu ke teman-teman yang ngajakin keluar, saya bisa simpan rasa sakit saya sendiri di rumah. Penyembuhan juga semakin lebih efektif karena ditemani ibu. Ibu yang selalu jagain dan Ayah yang selalu nemenin.
Di akhir tahun 2020, I got My first job as an intership Architect di FCS Architect Studio,
Sempat down sekali waktu itu, karena merasa tertinggal jauh dari teman-teman. Melihat teman-teman yang udah pada kerja, atau udah lanjut kuliah lagi, dan saya masih gini-gini aja.
Yang paling teringat di benak saya itu, Saya anak pertama, ada dua adik saya di bawah, bagaimana kalau mereka melihat saya yang biarpun sudah lulus tepat waktu tapi malah sakit-sakitan di rumah. Gimana mereka waktu melihat kakak teman mereka sudah kerja, sudah menikah, dan sudah kuliah lagi, tapi di rumah kakaknya sakit-sakitan.
Alhamdulillah, semangat untuk laanjut S2 masih saya pegang teguh.
Sempat mendaftar di ITB, dan tak lolos di tes wawancara.
Sempat mempersiapkan masuk ITS, kampus impian saya sejak SMA, tapi ternyata mereka nggak buka untuk jurusan Arsitektur.
Daftar di UNRI juga, udah bayar, dan masih belum dihubungi pihak mereka sampai saat ini.
Beli buku Tes TPA dan TOEFL, even naik tangga di Gramedia butuh perjuangan ekstra, tapi saya masih bisa dan masih memaksa.
Karena sakit juga, saya tremor berepa bulan. Nggak bisa pegang pensil lagi untuk menyalurkan hobi menggambar. Nggak bisa buka laptop juga untuk menyalurkan pikiran-pikiran saya yang sudah kacau balau.
Alhamdulillah, Allah tunjukkan jalan. Awal November, saya mencoba mencari tau informasi di IPB, ternyata masih ada pendaftaran untuk tahap terkhir di Semester ini.
Saya mempersiapkan semua yang dibutuhkan, mulai dari ijazah sampai hasil tes TPA.
Yang paling riweh itu waktu minta tanda tangan dosen sebagai orang yang merekomendasikan. Saya yang di Pekanbaru dan Dosen yang di Malang, berjarak entah berapa kiometer. Alhamdulillah ada Satrio, yang mau bantuin dari Malang. Terimakasih juga untuk Bu Sukma, Bu Erna, Bu Taraa, dan Bu Yulia yang dengan ikhlasnya memberi saya rekomendasi.
Saat itu sampai terpikir oleh saya, "Kalau nggak lulus S2 saya mau minta dinikahkan saja" sangking takutnya kecewa untuk kesekian kalinya.
Di waktu yang berdekatan, ada teman yang ngirim kalau FCS Studio lagi mencari anak magang. Saya iseng-iseng memasukkan portofolio ke email mereka. Setelah dua bulan kurang, masih belum ada tanggapan, "oh, mungkin saya nggak masuk kualifikasi mereka" begitu pikir saya.
Tapi siang itu, dapat balesan kalau saya diminta ikut wawancara virtual dengan FCS Studio. Dan akhhirnya, MasyaAllah saya dapat diterima.
benar-benar berliku di tahun 2020. Kayak sesuatu yang nggak mungkin berubah jadi mungkin, yang mungkin berubah jadi nggak mungkin. Ah, semoga 2021 semakin lebbih baik lagi, dan selalu terus berusaha untuk bersyukur.
Umara
Hari Kedua di Tahun 2021
Komentar
Posting Komentar