Langsung ke konten utama

Hakikat Manusia Itu, Ya Jadi Orang Baik

Hakikat manusia itu memang jadi orang baik
Tulisan ini sempat dulu pernah mau saya tulis, tapi ya memang belom dapat feelnya saja.
Selamaa satu tahun terakhir ini, saya menangkap sebuah pelajaran berarti. Saat heboh mengenai penistaan agama oleh seorang pejabat, maka konflik di Indonesia pun kian memanas.
Mengenai penistaan ulama, dan belum lagi panasnya konflik antar sesama umat beragama.
Media sosial benar benar berperan besar. Tudingan munafik dimana-mana, semua merasa paling benar dan tak dapat meredam emosi untuk ikut social war di jejaring sosial, saling menjatuhkan, fitnah serta Hoax yang tak dapat dibendung, , dan yang pasti iman yang semakin dalam.
Kenapa saya berbicara tentang iman? Iman itu hakikatnya adalah percaya. Semasa konflik hingga sekarang, mulai banyak yang memposting kebaikan, walaupun ada juga yang memposting tulisan maupun berita kompor.
Hidup di dunia memang banyak cobaannya, tapi sesulit apapun cobaan yang Allah berikan, pasti terselip hikmah yang luar biasa di dalamnya. Layaknya Allah tak pernaah berjanji bahwa langit selalu terang, ataupun bunga selalu mekar, tapi yang pasti, salu ada pelangi setelah hujan, dan selalu ada jawaban dalam tiap doa.
Hal ini yang mungkin saya sadari, hikmahnya mulai terasa, dengan  munculnya ceramah ceramah singkat di media sosial. Dan tak bisa dipungkiri, bahwa berdakwah zaman now itu ya harus begitu, sesuai dengan kaidah zaman. Sekarang zaman media sosial, ya kita juga harus update dalam dakwah. Tapi tetep membawa nilai-nilai yang sama. Tetap memgarah kan manusia pada fitrahnya.
Berkenaan dengan manusia, hal yg saya pelajari adalah fitrah seorang manusia. Manusia itu fitrahnya adalah menjadi baik, karena tak bisa dipungkiri, bahwa, seburuk apapun orang pasti ingin jadi baik.
Seburuk apapun seorang penjahat dia pasti ingin berubah, setidaknya, dia tak ingin anaknya begitu.
Back to the topic, dengan munculnya ceramah-ceramah, semakin banyak yang mengejar cita-cita untuk hijrah, semakin banyak yang terketuk hatinya untuk mulai memfokuskan diri pada akhirat. Syukron Katsir, untuk semua ulama, ustadz, dan seluruh media sosial yang mempostingnya, karena semua kebaikan pasti ada hasilnya.
Mungkin tulisan ini masih kacau balau dalam perangkaiannya, masih belum terlalu mengena atau mungkin terdengar tak ada artinya, tapi, setidaknya hal pribadi yang saya rasakn adalah, semua manusia ingin menjadi baik, semua manusia fitrahnya memang orang baik.
Semoga kita semua kembali kepada Nya dalam keadaan khusnul khotimah, sebaik mungkin, semoga kita dapat berjumpa dengan Baginda Rasulullah (allahumma sholli alaih) dalam surga Allah. Semoga Rahmat Allah akan tercurah berlipat-lipat untuk membantu kita di akhirat.
Aamiin Allahumma Aamiin.
Umara Hasibuan

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 2020

Di akhir tahun 2019 lalu, saya sakit, sempat dua kali masuk Rumah sakit dan bukan dalam hitungan waktu yang sebentar. Sempat masuk di RS Malang, lalu ternyata masih berlanjut saat tiba di Pekanbaru. Kalau boleh dibilang, 2020 itu tahun yang paling berat. termasuk untuk saya sendiri. Setelah heboh dengan Covid di Indonesia, saya sebenarnya merasakan manfaat dari itu. Saat sakit di Masa Pandemi, saya nggak perlu kasih alasan ini itu ke teman-teman yang ngajakin keluar, saya bisa simpan rasa sakit saya sendiri di rumah. Penyembuhan juga semakin lebih efektif karena ditemani ibu. Ibu yang selalu jagain dan Ayah yang selalu nemenin. Di akhir tahun 2020, I got My first job as an intership Architect di FCS Architect Studio, Sempat down sekali waktu itu, karena merasa tertinggal jauh dari teman-teman. Melihat teman-teman yang udah pada kerja, atau udah lanjut kuliah lagi, dan saya masih gini-gini aja. Yang paling teringat di benak saya itu, Saya anak pertama, ada dua adik saya di bawah, bagai...

Ngabuburit Sore ini

Hari ini, setelah telfon ayah tadi pagi, dikasih tau, kalau Dek Nuku mau kuliah di Jawa aja, Alhamdulillah, semua tempat menuntut ilmu itu baik, niat yang baik insyaaAllah diberkahi Allah. Sore itu, sekitar 35 menit sebelum Adzan Maghrib di Malang, saya menghubungi Nuku buat sekedar sharing , obrolan kami mulai berlanjut ke masalah teman-teman lama saya yang juga dia kenal. "Bang ini udah lahir lho kak, anaknya, kawan kakak waktu SD kan?" "Eh iya deh, Alhamdulillah kalau gitu" "Kakak yang itu juga Desember ini mau nikah kak" "Iya??? MasyaAllaaaah, tabarakallah" "Tulah, kakak aja yang belum" "Menurut Nuku kakak bagusnya kek mana?" "Kalau aku ya terserah kakak, tapi baiknya kakak cepat nikah aja" "Kenapa kayak gitu?" "Supaya tanggung jawab Ayah berkurang, kan kalau misalnya kakak keluar rumah ndak pake jilbab, Ayah juga yang dosa" "Iya sih, tapi kan kakak pake jilbab terus" ...

Anak Arsitektur ambil Arsitektur Lanskap opposite atau liniear sih?

Hello... It's me agaiiinnn Umara Udah lama banget ga pernah apdet tulisan di blog, kali ini pengen sharing karna ada beberapa orang yang lagi aktif nanya nih di DM instagram maupun WA. Saya mahasiswi S1 Arsitektur UIN Malang yang lulus tahun 2019, dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Arsitektur Lanskap IPB, banyak yang nanya, "Susah ngga sih masuk IPB?" "Arsitektur ambil Lanskap worth it ga sih ?" "Susah nggak kuliah di Lanskap?" Well, I will answer one by one . Pertama, masuk di IPB engga sesusah itu, engga ada tes tertulis ataupun tes wawancara,  tapi yang baru saya sadari di semester tiga ini, keluar dari IPB sulit cuuuy , wkwkwk sulitnya karna ada banyak banget yang harus diselesaikan buat ujian tesis. Kayak harus menghadiri seminar dari rumpun  ilmu lain, dan harus submit jurnal minimal SINTA2. Kedua, Arsitektur ambil Lanskap ilmu yang sejalan ga sih ? Well , ini agak bertolak belakang sebenernya , karna biarpun sama-sama Ars...