22 September 2018
Aku cukup terkesima dengan wanita di depanku. Ya, pagi tadi dia sudah ada di depan apartemen studio yang kusewa kurang lebih dua tahun terakhir. Ah! Arini selalu terlihat cantik dengan pakaian apapun, bahkan saat dia terlihat lebih kurus dan pucat seperti saat ini pun, dia tetap menawan. Senyumku tak berhenti mekar saat dia menyajikan masakannya untukku. Calon istri idaman memang.
Kami mulai menyusuri satu demi satu varian kera-dan sebangsanya, tersenyum sambil merangkul mesra. Ah, bahkan kami menjadi tontonan gratis pengunjung lain. Aku agak malu sebenarnya, tapi kata Arini, toh tak ada yang mengenal kami.
Hari-hari terus terlewati. Tak ku sangka sudah dua minggu Arini menemaniku. Ini sudah saatnya aku kembali ke rumah seperti jadwal biasa. Setiap libur semester, aku akan kembali ke Jakarta menemui keluargaku.
Heran sejujurnya, Arini tak pernah mau aku ajak ke Singapore menemaniku. Aku bahkan pernah menawarkan pernikahan padanya, tapi dia bilang dia menungguku kembali saja. Aku ingat perkataannya "Kalau sampai waktunya kamu belum datang, aku sendiri yang mendatangimu kesana!" Ah, Ariniku yang manis. Bahkan saat ini pun memang belum waktunya, tapi dia sepertinya tak dapat menahan rindu.
Arini tak ingin ku ajak kembali, dia bilang ada temannya yang harus dia kunjungi disana. Aku pikir mungkin bisa menemaninya, dan kami bisa kembali ke Jakarta bersama, tapi Arini tetap menolak. Aku bisa apa? Selama dia aman, aku akan tenang.
Ku berikan kunci apartemenku yang ada dalam kantong parka yang tengah ku gunakan. Aku ingin dia tinggal disana saja selama disini. Sebelum melangkah ke ruang tunggu menunggu pesawat, aku memberi kecupan singkat pada keningnya yang dingin.
Tak sabar rasanya bertemu Mama, pasti beliau belum tau kalau Arini menyusulku, karna Arini bilang itu hanya rahasia di antar kami. Arini selalu jadi menantu idaman bagi Mama, aku senang karena tak salah memilihnya. Setelah menyelesaikan bagasi, aku bingung. Mama menjemputku bersama kedua orangtua Arini, apa mereka sangat khawatir akan Arini ya? Ah! Arini, dasar gadis nakal! Membuat cemas semua orang.
Aku terpaku menatap nisan di depanku. Bagaimana mungkin?
Arini binti Alamsyah
Lahir : 22 Januari 1990
Wafat : 22 September 2018
Aku tak dapat merasakan lagi kakiku, itu Arini? Ariniku? Tapi, tapi,
Aku merasa pandanganku gelap, setelah mengetahui kunci apartemenku masih berada dalam kantong parkaku.
Umara Hasmarani Rizqiyah
Malang, 1 Agustus 2018
02.19
Komentar
Posting Komentar