Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Masjid dan Anak

Jadi mo sharing ringan sih , kan kemaren sempet pergi ama temen, kita mau beli sepatu. Sebagai anak kosan yang harus mathemat , akhirnya kita berburu diskon akhir tahun deh . Intinya bukan itu siih , Jadi kita belinya di Matahari deket alun-alun. Karena cewek kalo belanja, ya you know lah, ngabisin waktu, jadinya kita keujanan ampe maghrib. Terus kita sholat deh di masjid alun alun Nah , disini banyak banget orangnya, ya yang neduh lah , atau yang emang lagi wisata gitu di Malang. Disana, wih , banyak anak kecilnya, Mereka pada lari-larian di dalam masjid, kejar kejaran. Ada beberapa jamaah yang ngebiarin aja, ada juga yang nyegah sambil nyuruh diem . Saya jadi flashback, wkwk , saya juga dulu pernah dimarahin kok dek, karena ngeribut di masjid, hehe . Nah , saya mulai berpikir, kan anak anak itu memang masa bermain, dan mereka pasti senang kalau main di masjid, secara, masjid luas, dan juga kalau jatuh nggak terlalu sakit karna ada karpet. Tapi, kalau mereka waktu...

Bicara Tentang Ibu, Bicara Tentang Rasa

Sebagai seorang mujahidah, jihad menuntut ilmu di jalan Allah, saya mulai merasakan banyak perbedaan dalam tiap langkah saya. Berada jauh dari keluarga, dan mulai mengatur tingkat produktivitas sendiri, membuat saya mulai memahami arti dari belari. Kenapa berlari? Karna berlari itu butuh banyak respon kerjasama antar tubuh. Dari pengelolaan pernapasan, pengelolaan langkah, dan pengelolaan emosi. Itu juga yang saya pahami tentang menjadi sigle fighter dalam daily activities saya. Beberapa tahun yang lalu, saya masih di bawah ketiak Ibu dan Ayah, di bawah ketiak means , saya terbiasa melakukan semua hal dengan bimbingan. Ibu, terlalu dalam rasa yang saya rasakan saat kata itu terlontar. “Buk, baju kakak yang kemarin dimana ya?” “Buk, kok ini begini sih?” “Buk, kakak mau beli ini dong” “Buk, kakak mau ini” “Buk, kakak mau yang itu” “Buk, nanti bangunin jam segini ya” “Buk,” “Buk,” “Buk.” Dan masih banyak yang lainnya. Ibu menjadi semua hal mendasar yang ...

AYAH, MUNGKIN INI TAK SEBERAPA

Oleh : Umara Hasmarani Kalau bicara mengenai Ayah, bagi seorang perempuan Ayah itu lebih special more than any guy in the world . Mungkin terdengar klise sebenernya, atau terdengar terlalu dibuat-buat, namun semuanya real no gimmick. First , semua orang tahu bahwa, “ Ayah adalah cinta pertama bagi seorang anak perempuan ”. Seorang putri, tak pernah terasa selalu terlindungi selain ketika bersama ayah. Ayah mungkin tidak se-ekspresif ibu dalam menunjukkan kasih sayang, ada banyak hal yang mungkin tidak bisa beliau ungkapkan, namun di balik semua itu, dia selalu menjadi gardu terdepan untuk keluarganya. Ayah selalu menjadi panutan yang langsung action di depan mata kita, Ayah selalu mengajarkan putrinya untuk menjadi tangguh saat jauh darinya, tapi saat bersamanya, engkau adalah hal terindah, engkau bebas menagis, engkau bebas mengadu, asal setelahnya kau kembali menjadi tangguh. Memang tidak semua ayah bisa secara gamblang menunjukkan kasih sayangnya, tapi percayal...

Padahal Lho Ada Nama Islamnya

Islam dengan segala Kambing Hitam atas namaNya Tulisan ini, secara naluri saya dapatkan dari pengalaman empiris yang memang akhir-akhir ini begitu. Islam, as you know , Islam datang dalam keadaan asing, dan akan pergi dalam keadaan asing juga. Islam menjadi budaya, dan berkembang pesat dalam masyarakat. "Dia lho jilbabnya panjang, tapi kok kelakuannya begitu ya?" "Dia lho anak UIN, tapi masa kelakuannya kayak gitu sih ?" "Dia lho anak ustadz, tapi kok pacaran?" "Dia lho .. "Dia lho .. Dan masih banyak lainnya. Believe or not, yang saya dapatkan dari semua ini adalah, Islam itu terkenal dengan hal hal baik. Kalau cewek jilbaban tapi pacaran, pasti dianggap aneh. Karena, yang mengikuti syariat Islam dalam tiap langkah kehidupannya, maka dia sudah pasti tercap sebagai orang baik. Seenggaknya, itu salah satu upaya Allah untuk menutup aib ummat-Nya, Namun, kenapa banyak langkah yang diambil tiap individu pasti justru yang disalahka...

Tuhan dan Kelabu

Mungkin ini memang cobaan Saat hatiku merutuki keberadaanmu Tuhan marah Tak taukah aku bahwa itu ujian? Tuhan marah Bagaimana bisa nafsuku membuncah? Tuhan marah Bahwa aku, terlalu terlena Bila ritme detikku tentangmu berulang Mungkin iramanya akan terdengar suram Bila habis akalku tentangmu terngiang Mungkin rasaku semakin kelabu Tuhan, Ampuni aku atas keterlenaan ini Ampuni aku atas dosa ragu tentang Qadr-Mu Ampuni aku, atas kasih kelabu dalam suci-Mu Umara Hasibuan Malang, 3 Desember '17 01.12